Jakarta, banyak kisah Gw disini

Table of Contents

Kali ini gw turun di Jakarta.

Sudah hampir 2 tahun, gw gak pernah turun ataupun naik pesawat dari Jakarta. Dalam 2 tahun kebelakang ini, gw lebih memilih Semarang sebagai bandara tempat gw melakukan aktifitas terbang keluar pulau untuk mencari nafkah.

Jakarta


Dulu, setelah lulus kuliah, gw sering sekali pulang pergi Bumiayu ke Jakarta. Naik kereta api duduk dilantai, tidur di Stasiun Gambir, dan narsis didepan Monas.

Kadang gw juga naik Bus Sinar Jaya, turun di pool Pulau Gadung subuh, tiduran di terminal nunggu Bus.

Naik Ojek dari Pancoran ke Tebet, oh ye jaman dulu belom ade Gojek, Grabcar dan transportasi online lainnya ye.

Yang paling akward, gw dari Serang naik bus diturunkan di jalan tol atas patung Pancoran dan malam hari pulak. Secara gw belom kenal sekali Jakarta, langsung dah gw telepon temen gw yang di Tebet suruh jemput gw.
Aktifitas diatas ialah gw sedang mencari pekerjaan. Lamar sana, sini belom ada hasilnya.

Entah udah menghabiskan berapa puluh juta duit orang tua gw, secara gw kan pada waktu itu pengangguran.

Lah, gw dapat kerjanya malah dari Yogyakarta akhirnya pada tahun 2011 di PT Honda Prospect Motor. Dan di kerjaan gw yang kedua dari Yogyakarta juga di PT Astra Agro Lestari. Wkwkwk malah gak dari Jakarta ye.

Ya namanya juga usaha, dikasih rezekinya dari mana ya hanya Gusti Allah SWT yang tahu, dan berkat doa kedua orang tua gw juga dong.

Hari ini gw sempatkan waktu yang sedikit untuk meresapi keluh kesalku di Jakarta. Kota Metropolitan yang dulu gw impikan sekali hidup disini.

Namun...

Takdir berkata lain, dua kali gw bekerja dan dua kali juga gw gak dikasih kesempatan mencari rezeki di Jakarta.

Tapi, kota ini memang harus gw simpan dalam memory gw sampai tua nanti ataupun sampai Pak Jokowi jadi memindahkan Ibu Kota ke Penajam, Kaltim.

Jakarta


Seperti magnet, mungkin itu satu kata yang tepat untuk menggambarkan Kota Jakarta.

Tradisi kaum urban untuk berjuang di Kota yang keras ini. Meninggalkan gemerlap cahaya kunang-kunang di desa. Meninggalkan hamparan kuning padi yang siap dipanen. Meninggalkan kedua orangtua yang semakin susah mendengarkan ucapan gw, semakin kabur melihat wajah ganteng gw, semakin menua dan menua.

Jakarta


Tidak ada yang harus disesali. Hidup keras atau mati terpuruk. Mungkin ada beberapa orang yang mempatrikan motivasi seperti itu.

Tidak meluluhkan tekad untuk masa depan yang lebih baik, meskipun di Jakarta tidak semudah hidup di kota-kota lainnya. Ini JAKARTA bung, keras Kota nya, dan lu harus cerdik melangkah.

Tapi gw bukan untuk Jakarta, gw hidup untuk Riau, Sulawesi, dan Kalimantan Selatan.

Gw ditakdirkan bukan sebagai pejuang Ibu Kota. Kota yang pernah gw impikan.

Tapi tidak apa-apa. Jakarta gw jadikan sebagai tempat bersejarah, tempat yang gw kunjungi untuk bermesraan dengan memori-memori waktu lampau.

Jakarta adalah teman masa lalu gw, masa lalu yang pahit. Mungkin juga bukan hanya gw yang merasakannya. Ada 8juta jiwa penduduk Jakarta, tapi semoga mereka tidak merasakan pahitnya hidup di Jakarta. Hehe no-offense ya bor.

Kelak gw akan mengajak Istri dan Anak gw melihat kenangan manis Kota Jakarta. Agar mereka tahu, Suaminya dan papahnya pernah merasakan pahitnya hidup di Jakarta tanpa kerjaan, tanpa penghasilan.

Jakarta


Kangen... Tapi gw hanya singgah saja ya... Gw punya kehidupan di pulau Borneo. Semoga Jakarta selalu menjadi magnet, meski nanti dipindahkan Ibu Kotanya (kalau jadi)

Tetap semangat warga Jakarta. Semoga pemimpin kalian membangunmu dengan penuh bijaksana.

Terimakasih Jakarta, sekarang waktunya gw meninggalkanmu. See you again Jakarta. Will be always my dream city. 
Amri
Amri Blog ini adalah buku diary sekaligus tempat untuk berbagi ilmu pengetahuan yang saya ketahui. Meskipun tulisan saya masih belum rapi dan baku tapi akan selalu saya perbaiki waktu demi waktu agar para pembaca kian betah berkunjung. Selamat membaca.

Post a Comment